Nama : Muhammad Rafi Arhab
NPM : 2022246500692
Kelas : R3I
Mata Kuliah : Filsafat Seni
Dosen Pengampu : Dr. Sn. Angga Kusuma Dawami M. Sn.
5 Karya Seni Pada Kebudayaan Nasional di Analisis dengan Teori Mimesis, Teori Significant Form dan Aliran Seni.
1. Ngaben
Kustiyah 1935
Karya Lukis ini dibuat oleh Kustiyah pada Tahun 1968 dan Lukisannya saat ini berada di koleksi Griya Seni Hj. Kustiyah Edhi Sunarso.
Lukisan ini adalah sebuah karya seni yang menggambarkan sebuah upacara kematian atau pemakaman di kebudayaan bali. Salah satu ritual penting dalam agama Hindu Bali yang dilakukan untuk mengantarkan roh orang yang telah meninggal ke alam baka, tempat roh-roh ini akan mencapai moksha atau pembebasan dari reinkarnasi.
Menurut saya untuk lukisan ini memakain aliran seni realisme, yang menampilkan karya lukis apa adanya sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari dan berusaha agar lukisan seperti nyatanya.
Dalam teori seni, saya percaya bahwa karya ini mematuhi konsep Mimesis versi Aristoteles, di mana seniman menciptakan representasi hasil pemikiran sesuai dengan imajinasinya. dimana representasi lukisan ngaben ini sebagai cara yang bermanfaat untuk menggambarkan upacara ngaben dalam budaya Bali. Yang melihatnya sebagai bentuk seni yang dapat membantu dan memahami.
2. Merapi Siaga
Kustiyah 1935
Karya Lukis ini dibuat oleh Kustiyah pada Tahun 1996 dan Lukisannya saai ini berada di koleksi Griya Seni Hj. Kustiyah Edhi Sunarso.
Lukisan ini mencerminkan suatu ketegangan, kekaguman dan rasa hormat terhadap kekuatan alam. serta telah mengekspresikan keindahan alam yang luar biasa dan kekuatan alam yang bersamaan dengan ancaman yang ada. Untuk aliran seni memakai Imperesionisme, tidak secara detail namun tetap menonjolkan kesan objek.
Dalam pengalaman estetika yang saya lihat, Lukisan "Merapi Siaga" menggambarkan gunung Merapi dalam keanggunan alaminya. Warna merah dan oranye yang menggambarkan erupsi mendalam, kontras dengan hijau subur di sekitarnya. Karya ini mengekspresikan kekuatan dan kerapuhan alam, mengingatkan kita pada harmoni antara keindahan dan bahaya alam. Dengan detail yang cermat dan warna yang hidup, lukisan ini menghadirkan pengalaman estetika yang mendalam.
3. Topeng Emas dan Syair
Sriyani 1930
Karya Lukis ini dibuat oleh Sriyani pada Tahun 1971 dan Lukisannya saat ini beradi di Kolesi Museum Seni Rupa dan Keramik.
Lukisan ini adalah sebuah karya seni lukis yang menggambarkan sebuah topeng yang dihiasi dengan warna emas atau memiliki motif emas yang mencolok dan seringkali dijadikan untuk menggambarkan keindahan dan kemewahan, serta bisa menjadi simbol kekayaan atau kemisteriusan.
Untuk aliran seni ini memakai Eskpresionisme karena seni lukis yang banyak mengungkapkan emosi kemarahan daripada emosi bahagia seseorang.
Dilihat dari teori significant form versi Clive Bell. lukisan topeng emas memiliki komposisi visual yang kuat yang menarik perhatian dari bentuk, garis, warna, dan tekstur topeng secara lebih mendalam. Selain itu, pemilihan warna, cahaya, dan bayangan dalam lukisan dapat memberikan dimensi tambahan pada topeng emas, menciptakan kesan yang mendalam dan bermakna. Dengan demikian, melalui Significant Form, lukisan topeng emas dapat menghadirkan pengalaman estetis yang kuat dan mendalam bagi pelihat, menggugah emosi dan pemikiran yang mendalam tentang keindahan dan makna seni.
4. Rumah Petani Austria
Kartika 1934
Karya Lukis ini dibuat oleh Kartika 1991 dan Lukisannya ini saat ini berada di Koleksi Galeri Nasional Indonesia.
Lukisan ini menggambarkan sebuah pemandangan desa di musim salju. Lukisan ini dibuat secara tidak detail, namun tetap menonjolkan objek pada gambar tersebut yang dimana memakai aliran seni impresionisme.
Ditinjau dari perspektif teori mimesis, lukisan Kartika menggambarkan sebuah rumah sederhana yang ada dalam kehidupan sehari-hari ketika musim salju datang. Walaupun sederhana dalam penampilannya, gambar tersebut dengan cepat menggambarkan identitasnya sebagai sebuah rumah dan lingkungannya yang akrab. Struktur atap, dinding, dan jendelanya mencerminkan tampilan yang umum ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula, pohon yang kehilangan daunnya di musim salju dengan mudah dikenali sebagai pohon yang sedang mengalami pergantian musim.
Menganalisis karya ini dari perspektif teori significant form, kita akan mengevaluasi elemen-elemen seni visual yang ada. Lukisan Kartika ini mengusung palet warna yang cenderung mengarah ke nuansa coklat, dengan warna putih yang mendominasi. Karya ini juga memberikan kesan tekstur yang tampaknya muncul melalui goresan-goresan kuas yang digunakan. Selain itu, elemen-elemen lain seperti bidang, garis, dan titik juga dapat diidentifikasi dalam karya ini.
5. Pasar Burung
Karya Lukis ini dibuat oleh Siti Ruliyati 1965 dan Lukisannya saat ini berada di Koleksi Galeri Nasional Indonesia.
Dalam teori seni, saya percaya bahwa karya ini mematuhi konsep Mimesis versi Aristoteles, di mana seniman menciptakan representasi hasil pemikiran sesuai dengan imajinasinya atau berkreasi untuk merepresentasikan kenyataan dalam bentuk yang baru.
Karya ini, menurut pendapat saya, termasuk dalam aliran seni Impresionisme, sebuah aliran seni lukis yang bertujuan untuk menangkap impresi sekilas dari subjek yang akan dilukis. Impresionisme berbeda dengan pendekatan yang mencoba mereplika warna dengan cara yang sesuai dengan pandangan manusia; sebaliknya, aliran ini berusaha untuk menggambarkan warna murni berdasarkan proses alami pembentukan warna.
Menurut pengalaman Estetika, karya ini memiliki nilai estetis dari sudut pandang kacamata teori Ekspresi karena, karya seni dianggap baik ketika ekspresi seniman dalam karya seni dapat mengundang imajinasi dan emosi audience. Menurutnya, seniman memberikan imaginative expression kepada emosinya, dan mengajak kita untuk mengalami emosi tersebut dengan imajinasi kita sendiri. Serta karya ini memiliki latar belakang dan tujuan yang jelas, sehingga penikmat karya berhasil mendapatkan pengalaman estetikanya.
Kesimpulan :
Dalam proses analisis karya seni, pengetahuan dan pengalaman sebelumnya, termasuk pemahaman teori, aliran, serta pengalaman estetika, sangat penting. Seperti yang diutarakan oleh Kant, pengalaman apriori memegang peranan yang signifikan dalam menilai sebuah karya seni, karena semua kenangan terkait kejadian, situasi, objek, atau aspek lainnya dapat memengaruhi penilaian kita terhadap suatu karya seni. Ini berarti bahwa pengalaman sebelumnya adalah kunci untuk membentuk pengalaman baru. Sebaliknya, pengalaman apriori, yang terjadi ketika seseorang pertama kali menghadapi sesuatu, dapat membuat penilaian terhadap sebuah karya seni menjadi sulit atau terasa asing bagi individu tersebut saat mereka melihat karya tersebut.
Dokumentasi Foto bersama Karya Seni LukisPekan Kebudayaan Nasional
Jakarta, Galeri Nasional Indonesia
21 Oktober 2023
Komentar
Posting Komentar